Sepeda B2W Harus Tepat Sesuaikan dengan Jalur Perjalanan

Sepeda B2W Harus Tepat

Sesuaikan dengan Jalur Perjalanan

Memilih sepeda untuk hobi atau olah raga jelas gampang. Sesuaikan dengan tubuh, jalur atau komunitas pasti sudah terpenuhi. Begitu juga untuk memilih jalur mana yang dilalui bukan perkara sulit, sesuaikan saja dengan kemampuan sepeda. Nah kalau memilih sepeda untuk bike to work ada banyak kriteria yang harus di perhatikan antara lain, waktu, jalur, kecepatan, dan kenyamanan.

 Jenis sepeda apa yang ideal untuk bike to work? Jawabannya bisa saja relatif, tergantung jalan yang dilalui. Beda trek sepeda, bisa berbeda pilihan jenis sepeda, sebab aktivitas bike to work (B2W) sejatinya merupakan aktivitas rutin harian kita membutuhkan sepeda yang ideal dan handal untuk melakukannya. Jadi salah pilih sepeda bukan manfaat yang kita dapat, tapi dua kerugian sekaligus, badan capai dan produktifitas turun. Continue reading

SAMAS | Gabungan 25 kepala suku club sepeda Denpasar

SAMAS

Gabungan 25 kepala suku club sepeda Denpasar

 

Gowes bersama di tiap hari libur sudah menjadi aktifitas rutin. Bertemu di jalan dan saling menyapa sudah sering dilakukan antar komunitas Sepeda di Denpasar. Namun, keinginan untuk lebih akrab dan bersatu tentu sangat mulia. Apalagi di tengah ikon pariwisata yang selalu harus dijaga secara bersama pula.

 

Pada 2 tahun yang lalu tahun 2009, diawali oleh bertemunya 25 orang kepala suku dari berbagai club sepeda di Denpasar. Membuat visi bersama dan konsep – konsep berkomunitas bersama di salah satu rumah pemilik catering tersohor di Bali dan terbentuklah Sekretariat Bersama Sepeda atau disingkat SAMAS.

SAMAS terinspirasi dari akar budaya masyarakat Bali dalam membentuk kekuatan komunitas sosial-budaya masyarakat Bali yang dimulai dari “penyasuran” (urat kata:sasur = 35 yang kemudian membentuk bebanjaran), menyatukan “diri menjadi  “penyatusan” (satus = 100), “penyatakan” (satak = 200) ~ “penyamasan” (empat ratus = 400) hingga seterusnya menjadi lebih banyak lagi. Hal yang serupa dengan yang dilakukan oleh para pengurus SAMAS saat ini, dari Denpasar hingga sudah mencapai ke seluruh Kabupaten di Bali dengan total anggota diperkirakan sudah mencapai 200 club bikers yang tergabung. Dari mulai bikers MTB, onthel hingga BMX sekalipun.

SAMAS adalah wadah bebas dan tidak mengikat yang mengutamakan kebersamaan dan musyawarah mufakat tentunya. Berbentuk forum komunikasi dari representatif kelompok atau club pendukung dengan semangat “kiss” (Komunikasi, integrasi, sinergi, dan sinkronisasi). Sudah barang tentu, SAMAS mendapat apresiasi dari pemerintah lokal di tiap Kabupaten di Bali karena beberapa program yang dijalankan sangat positif.

Car Free Day dan pembuatan jalur sepeda adalah bagian dari upaya dari misi yang dipopulerkan oleh SAMAS agar disambut baik oleh para pemimpin Kepala Daerah se-propinsi Bali. Memang tidak mudah untuk bernegosiasi dan mendapat tantangan untuk menjalankan mandat organisasi juga mandat dari beberapa Kepala Daerah, tetapi itulah yang menjadi gairah dan semangat SAMAS untuk tetap eksis di mata publik.

Saat ini SAMAS lebih menukik kepada para kelompok kaum muda pelajar di Bali dengan program Bike To School. Sosialisasi ke beberapa sekolah tentang pentingnya dan kenyamanan bersepeda tengah dilakukan hingga pembuatan film “Bike To School” yang dikreasi apik oleh salah satu sutradara yang konon juga creator video klip dari Group Punk Rock asli Bali. Sungguh upaya yang mulia dari tanah dewata..Selamat Berjuang dan Menggowes Bersama. (beng)

 

R. MARTONO Kolektor dan Pecinta Sepeda Lipat

Designnya unik, modern, simple namun tetap sporty membuat pejabat XL Manager Management Service East Area ini tergila-gila dengan Sepeda Lipat, atau Seli. Apa sih keunggulan dan suka duka bersepeda dengan sepeda jenis ini ketimbang sepeda lainnya, yuk tengok kegiatan kolektor Seli yang satu ini.

Bersepeda sudah menjadi bagian dalam hidup pria kelahiran 8 Juni 1971 ini. Sejak masuk bangku SMP, bersepeda menjadi hobi paling menyenangkan bagi R.Martono. Meski sempat berhenti karena meneruskan studinya di luar negri, hobi ini kembali ia geluti selepas ia kembali ke tanah air. Tepatnya tahun 2005, ia kembali keranjingan hobi bersepeda. Meski awalnya suka sepeda MTB, akhirnya ia berubah haluan ke sepeda lipat, karena sifatnya yang praktis dan gak makan tempat.

 Meski banyak jenis sepeda, terlebih sekarang lagi nge-trend sepeda Fixie, tak mengurangi sedikit pun kecintaan Martono dengan sepeda lipat. Tiap sabtu minggu, kegiatan luang di sore harinya selalu ia isi dengan bersepeda di sekitar rumah. Apa cuman ringkas dan simple saja yang membuat pria yang satu ini kesengsem dengan Sepeda Lipat?

 Konon Seli, rata-rata memiliki ukuran ban 16 inch, membuat sepeda jenis ini identik dengan sepeda kota, atau sepeda jarak pendek. Namun dalam perkembangannya, jenis Seli diproduksi tak ubahnya sepeda lain dengan ukuran velg lebih dari 20 inch. Teknologi juga gak cuman menyentuh dalam ukuran band, tapi juga teknologi gearing. Menurut Martono, design sepeda lipat sekarang ada juga yang di design untuk long trip. Jangan salah meski memiliki band ukuran kecil (16), dalam hal pedaling orang yang memakai Seli sering unggul ketimbang sepeda dengan ukuran jauh lebih pedal. Hal ini dikarenakan Seli memiliki gear kecil yang jarang dimiliki sepeda lain. “Dengan gear depan besar dan belakang kecil, membuat proses pedaling gak kerasa, meski melalui jalan tanjakan atau perjalanan jauh. Persis dengan teknologi MTB,” jelasnya. Pengalaman ini didpat Martono saat touring komunitas di Bali dengan rute yang ditempuh selama 3 hari.

   

 Berbekal informasi yang cukup, ia rela berburu sepeda lipat di setiap pelosok kota di Indonesia sampai negri tetangga. “Sebenarnya saya juga punya satu fixie di Jakarta, tapi sepeda lipat masih menjadi idola. Saya suka sepeda jenis ini karena lebih simple dan mudah di taruh dimana-mana. Dirumah atau dengan mobil (tanpa double cabin/pick up), sepeda jenis ini sangat efisien tempat,” jelasnya. Dia menambahkan, tak selamanya keunggulan sepeda jenis ini terletak pada efisiensi penggunaan ruang, design dan penggunaan piranti spare part yang unik dan modern, membuat sepeda jenis ini lain dari pada yang lain.

 Sampai sekarang ada 4 jenis sepeda lipat koleksinya berjajar rapi di dalam garasi. Masing-masing Dahon Espresso, Dahon Halfway, Dahon MU, Origami. Selain dibeli di toko sepeda lokal beberapa sepeda ia dapat langsung dari luar negri. Seperti seri Origami yang ia impor dari Singapura. “Saat itu di Indonesia belum ada informasi soal penjualan sepeda lipat jenis ini, jadi saya pesan langsung dari sana (Singapura). Sayangnya beberapa bulan kemudian, ada toko yang menjual sepeda jenis ini dengan tipe yang sama dan harga yang lebih murah,” jelasnya.

 Sayangnya gak semua pengalaman membeli sepeda dari luar negri selalu berjalan lancar. Pernah suatu ketika, ia pesan 4 buah sepeda dari China jenis K-Rock. Sepeda lipat produksi China ini memiliki design yang unik dengan bobot ringan, selain itu sepeda lipat jenis ini memiliki harga ekonomis. “Untuk mendapatkan satu sepeda jenis ini jika di kurskan seharga Rp 1,7 Juta. Sayangnya, pada saat pengiriman dan datang, biaya membengkak karena pajak bea Cukai seharga Rp 55 Juta hanya untuk pajaknya saja. Hal ini yang membuat saya malas untuk mengambilnya, meski sepeda itu saya beli pertengahan tahun kemarin,” jelasnya.

 Terus dan terus akan berburu sepeda lipat, akan terus dilakuakan untuk mencari sepeda idaman. Informasi dari teman, atau media masa yang lain menjadi referensi Martono untuk menambah koleksi. “Yang paling dekat ini, saya ingin sepeda lipat Origami. Beda dengan yang sudah saya punya, jenis yang saya incar ini memiliki keunikan pada gear yang gak pake rantai dan berbobot sangat ringan. Selain di Jepang (Negara asal Sepeda ini), setahu saya ada satu toko di Indonesia yang menjual sepeda ini, yakni di Bali. Sampai sekarang saya dalam tahap negosiasi,” jelasnya. Adi

DAHON MU DAHON EKSPRESO ORIGAMI

Dari Jejaring Sosial ke Komunitas Fixie

Induksi :

Dari Jejaring Sosial ke Komunitas Fixie

 

 Saat kebanyakan komunitas Fixie terbentuk kemudian berkembang di Dunia maya, apa yang terjadi di komunitas ini justru kebalikan. Berawal dari persamaan hobi (Fixie) dan tak saling kenal satu sama lain, Induksi terbentuk justru dari jejaring sosial di dunia maya lewat BBM (Black Berry Massanger). Kenalan yuk dengan komunitas fixie yang satu ini.

 Nama Induksi, diambil dari kepanjangan Ini Cileduk Fixie. Berawal yang senang fixie, beberapa anggota awalnya iseng mengusulkan ide untuk membuat komunitas Fixie. Memang di daerah meraka (Cileduk), belum ada komunitas untuk mewadahi hobi bersepeda apalagi melalui jejaring sosial. Mulai eksis, sering komunikasi dan berkumpul melalui facebook serta BBM, akhirnya tercetus Continue reading

Awas..Rem Rusak Nyawa Taruhannya

Awas..Rem Rusak Nyawa Taruhannya

Rawat dan Perbaiki Sendiri Rem

Semua orang bisa bersepeda dengan kecepatan tinggi, tapi…gak semuanya bisa berhenti sesuai dengan keinginan. Karena itu rem jadi komponen esktra vital dan penting. Jadi jangan sapai aus, tersendat atau bahkan rusak. Sebab urusanya dengan keselamatan bahkan  kehilangan nyawa.

Sepeda jenis MTB punya komponen rem yang paling bagus sebab fungsinya memang melaju di jalan tidak rata dan naik turun. Untuk perawatan rem meski tidak terlalu sulit tapi harus tetap dilakukan dan pastikan membeli komponen dengan kualitas yang bagus. Sebab saat melakukan pengereman komponen ini menerima beban yang sangat besar. Alat yang diperlukan yakni  Toolset, Pelumas dan Cairan pembersih, bila perlu sertakan juga buku manual. Secara keseluruhan ada dua jenis rem yang sering dipakai yakni  V Brake (jepit velg) dan disc brake (cakram). Untuk jenis disc brake ada dua jenis penggerak yakni menggunakan kawat  (mekanik) dan cairan hidrolis (hidrolis). Beda jenis beda perawatan. Continue reading

Sepeda-Sepeda

Unik dan Futuristik

 

Sepeda punya banyak fungsi dan kegunaan serta bentuk yang beragam. Dengan imajinasi yang tinggi dan teknik yang tepat akan menghasilkan satu desain sepeda yang unik dan menarik.

Berikut ada beberapa sepeda yang punya desain nyentrik tapi tetap bisa di pergunakan untuk transportasi dari berbagai negara

Di-Cycle

Bentuknya aneh dengan (semacam) dua roda raksasa dan sadel yang sekilas mengingatkan kita pada desain sep

eda terlentang  (recumbent bicyle). Lebih aneh kalau anda tahu fungsinya, karena selain di darat, sepeda ini juga mampu berjalan di atas air. Sepeda ini ditemukan oleh kota Helmond di Belanda. Letak geografis kota yang terdiri dari daratan dan air, mengin
spirasi pembuatan sepeda yang dapat melakukan transisi perjalanan ampibi.

Sepeda Lipat “One” Continue reading

ISSI Surabaya

ISSI Surabaya

Mulai Bangun Dari Mati Suri

 Bicara sepeda gak harus melulu dari komunitas macam fixie, BMX atau MTB, tapi jangan lupakan tentang bagian dari prestasi  dan kompetisi yang ada di bawah arahan KONI (Komite Olahraga N

asional). Yups, Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB.ISSI) yang konsentrasi untuk pengembangan atlet sepeda mengejar prestasi. Dengan hingar bingar dunia persepedahan apakah berbanding lurus dengan prestasi atlet sepeda baik ditingkat regional, nasional bahkan dun Continue reading

Superman Is Dead (SID)

Obrolan santai di sore hari beralas lantai di Studio Musik Electrohell, Bali, sangat berkesan. Disinilah para dedengkot personil Superman Is Dead (SID) sedang merangkai dan membingkai karya – karyanya dalam belantika musik di negeri ini. Musik, Sepeda dan Lingkungan Hidup, mewarnai tema obrolan sore yang inspiratif di Studio ini. 

Kampanye Lingkungan Lewat Musik dan Sepeda

 

Sore itu (28/7), news bike berhasil mencuri waktu untuk membuat obrolan santai dengan para personil SID. Dengan kesibukan jadwal latihan yang cukup padat, para personil SID masih tampak bersemangat dalam obrolan santai yang  ramah dan hangat. Suasana keramahan di studio yang inspiratif, studio yang sederhana, di ujung gang yang sempit dan sangat tenang di daerah jalan Seroja Denpasar Bali. “Ini adalah suasana dan athmosphere yang sangat Punk Rock”, begitu ungkap Dodix, Manajer Superman Is Dead (SID). Tentu tidak lupa, camilan dan suara riuh kerupuk menambah semangat di dalamnya.

 Punk Rock dan Sepeda

SID yang mengusung genre musik Punk Rock, identik dengan syair yang menyuarakan karut – marut kehidupan sistem sosial. “Sejarah Punk memang lahir untuk bersuara tentang ketidak pedulian masyarakat dari hal – hal kecil yang berdampak besar. Tentang pluralitas dan keberagaman, tentang solidaritas bahkan tentang keberlanjutan sistem sosial dalam penataan lingkungan hidupnya adalah satu nilai yang terkandung dalam aliran ini. Karena itu,  dengan lirik lagu yang disuarakan ditambah action secara langsung adalah arti penting untuk membuat counter culture dari kerusakan lingkungan yang sedang terjadi saat ini. Punk jangan di identikkan dengan tawuran, budaya pukul – memukul dan saling menyakiti karena banyak hal positif ada di dalam nilai – nilainya”, begitu ugkap JRX yang mempunyai nama asli I Gede Ari Astina sang penabuh drum SID ini.

 Ungkapan JRX sang drummer ini tidak hanya isapan jempol karena SID sedari awal membuat aktifitas bersepeda menjadi populer. Bermusik dan bersepeda tentunya. Ini yang dimaksud dengan menjalankan nilai Punk Rock. SID sendiri sudah mempopulerkan bersepeda sejak tahun 2006. Bersepeda dengan stylist Low Rider yang pertama kali di populerkan oleh SID. Low Rider pada saat itu sangat unik. Menurut penuturan I Made Putra Budi Sartika alias Boby , pemain gitar sekaligus vocal SID, “ Low Rider itu keunikannya adalah menggambarkan aksen dari yang memakainya. Menyimbolkan keluwesan sang pemakai dengan lekuk – lekuknya yang variatif. Tentu dengan kocek yang murah semua orang dapat membuat sepeda dengan style ini. Tak harus membeli baru di toko, tetapi bisa memanfaatkan sepeda bekas dan bisa bergaya tentu juga menyehatkan bagi pemakainya”.

 Melestarikan Lingkungan Hidup 

Sebenarnya, maksud mempopulerkan sepeda pada saat itu, sedang berbarengan dan gencar – gencarnya kampanye Global Warming atau Pemanasan Global. Salah satu isu yang sedang populer dalam khazanah lingkungan hidup. Film Al Gore, adalah salah satu debutan calon kandidat Presiden Amerika yang menginspirasi SID untuk melakukan sesuatu hal positif untuk bumi.

 “Kerusakan lingkungan hari ini sudah sangat amburadul. Banyak ikan mati, cuaca yang sudah tidak menentu, polusi yang semakin membuat semakin ngerinya udara, sampah plastik dan bahan sampah yang tak terurai hingga perang di muka bumi dikarenakan berebut minyak sudah semakin menggila”, ucap I Made Eka Arsana alias Eka sang pembetot Bass dan backing vocal SID.

 Pemanasan global yang disebabkan terlalu banyaknya Gas Rumah Kaca (GRK) dari beberapa zat  dan gas dari aktifitas di bumi sehingga terlalu banyak panas yang ditangkapnya. Dan akibatnya bumi semakin panas. Tentu, efek ini diakibatkan oleh banyak perilaku manusia di bumi yang tidak tahu sama sekali atau bahkan tak peduli terhadap keberlanjutan lingkungan. Hal ini yang juga membuat SID semakin yakin untuk berbuat sesuatu dengan cara dan tradisi anak muda yang unik tentunya.

 Kegelisahan SID kemudian membuat beberapa catatan kondisi ini dalam beberapa karya musiknya. Lagu yang berjudul Marah Bumi dan Menginjak Neraka tengah diabadikan untuk menjelaskan karut – marut bumi ini. Tetapi yang jelas, SID tidak berhenti begitu saja alias tidak sekedar nyaman dalam mengabadikan paradoks bumi yang rusak dengan membuat karya lagu saja. Semenjak tahun 2007, banyak hal positif dan kegiatan yang bertema menyeimbangkan kelangsungan alam tetap dikerjakannya.  Bersama dengan para Outsider (fans club SID), SID tetap melakukan kegiatan bersepeda setiap satu bulan sekali dengan bersih – bersih pantai juga penanaman pohon. Berangkat dari para Outsider, yang kemudian dapat meluaskan virus positif ke dunia luas, itu harapannya. SID juga kerap kali berbarengan dengan para kelompok pegiat lingkungan hidup untuk bersama – sama aktif untuk memberikan tangung jawab bersama terhadap lingkungan di Bali.

 Bersepeda dengan ide besar menyeimbangkan dan melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup ternyata sangat menyenangkan. Tak usah muluk – muluk untuk memberikan sesuatu positif terhadap bumi. Paling tidak, dapat memberikan sesuatu dengan tindakan dan aktivitas bersepeda.

 Sangat senang sekali melihat animo masyarakat yang sudah menjadikan bersepeda menjadi trend. Seperti di Bali, hampir pagi, siang dan malam banyak sekali ditemui orang bersepeda.  Bersepeda tentu tidak harus berkegiatan menjadi peserta kegiatan fun bike,tetapi masih banyak hal positif lain yang masih juga bisa dilakukan secara berkelompok. Sembari bersepeda sebaiknya juga melakukan aktifitas yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan kita. Bersepeda dengan terus menjaga kelestarian lingkungan hidup. Begitu pesan yang terlontar dari para personil SID bagi masyarakat yang bersepeda.

 Pada akhir obrolan, pihak manajemen SID sangat memberikan apresiasi positif dan mengucapkan selamat atas kehadiran tabloid baru yang bertajuk News Bike. Harapannya tabloid ini bisa memberikan banyak informasi positif tentang dunia sepeda. Bukan hanya fun dan sporty tentunya, tetapi tentang banyak hal pembelajaran untuk masyarakat luas tentang arti penting bersepeda.

 Pesan yang positif tentunya. Semoga….(beng)

Ide Bike To Work Keluar dari Komunitas Pecinta Sepeda

 

Ide Bike To Work


Keluar dari Komunitas Pecinta Sepeda

 Bike to Work (B2W) sudah bukan hal baru lagi di Indonesia. Beberapa kota seperti Surabaya Solo, dan Jakarta, kegiatan ini malah didukung oleh pemerintah setempat. Selain lebih ramah lingkungan, kegiatan ini cocok untuk warga kota yang memiliki kebiasaan kurang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Tahukah anda, siapa yang mencetus ide ini untuk pertama kali ? Continue reading

Jalur Pipa Gas | Tempat Ber-Downhill Sepuasnya

   

 Jalur Pipa Gas, Tempat Ber-Downhill Sepuasnya

Awalnya trek ini memiliki panjang 7 Km lebih. Namun dalam perjalanannya, karena jalur ini melewati beberapa daerah perkampungan, modifikasi kemudian dilakukan seiring pembangunan yang dilakukan oleh warga sekitar. Hingga sekarang, beberapa kali modifikasi dan perubahan rute membuat trek ini sedikit menyusun menjadi 6,8 Km saja.

   

Trek ini awalnya ditemukan oleh sebuah komunitas bernama Exploler secara tidak sengaja. Exploler sudah ada sejak tahun awal tahun 90an. Anggota komunitas ini adalah atlet sepeda yang sering berlatih melewati jalur ini, dengan menu latihan Bintaro sampai PSG. “Dulu disini menjadi tempat ngasuh (istirahat) temen-temen Exploler saat latihan. Keberadaannya yang berada di tengah lintasan, dan keberadaan warung, membuat tempat ini menjadi favorit,” papar Odjie salah satu tokoh senior JPG.  Continue reading