Designnya unik, modern, simple namun tetap sporty membuat pejabat XL Manager Management Service East Area ini tergila-gila dengan Sepeda Lipat, atau Seli. Apa sih keunggulan dan suka duka bersepeda dengan sepeda jenis ini ketimbang sepeda lainnya, yuk tengok kegiatan kolektor Seli yang satu ini.
Bersepeda sudah menjadi bagian dalam hidup pria kelahiran 8 Juni 1971 ini. Sejak masuk bangku SMP, bersepeda menjadi hobi paling menyenangkan bagi R.Martono. Meski sempat berhenti karena meneruskan studinya di luar negri, hobi ini kembali ia geluti selepas ia kembali ke tanah air. Tepatnya tahun 2005, ia kembali keranjingan hobi bersepeda. Meski awalnya suka sepeda MTB, akhirnya ia berubah haluan ke sepeda lipat, karena sifatnya yang praktis dan gak makan tempat.
Meski banyak jenis sepeda, terlebih sekarang lagi nge-trend sepeda Fixie, tak mengurangi sedikit pun kecintaan Martono dengan sepeda lipat. Tiap sabtu minggu, kegiatan luang di sore harinya selalu ia isi dengan bersepeda di sekitar rumah. Apa cuman ringkas dan simple saja yang membuat pria yang satu ini kesengsem dengan Sepeda Lipat?
Konon Seli, rata-rata memiliki ukuran ban 16 inch, membuat sepeda jenis ini identik dengan sepeda kota, atau sepeda jarak pendek. Namun dalam perkembangannya, jenis Seli diproduksi tak ubahnya sepeda lain dengan ukuran velg lebih dari 20 inch. Teknologi juga gak cuman menyentuh dalam ukuran band, tapi juga teknologi gearing. Menurut Martono, design sepeda lipat sekarang ada juga yang di design untuk long trip. Jangan salah meski memiliki band ukuran kecil (16), dalam hal pedaling orang yang memakai Seli sering unggul ketimbang sepeda dengan ukuran jauh lebih pedal. Hal ini dikarenakan Seli memiliki gear kecil yang jarang dimiliki sepeda lain. “Dengan gear depan besar dan belakang kecil, membuat proses pedaling gak kerasa, meski melalui jalan tanjakan atau perjalanan jauh. Persis dengan teknologi MTB,” jelasnya. Pengalaman ini didpat Martono saat touring komunitas di Bali dengan rute yang ditempuh selama 3 hari.
Berbekal informasi yang cukup, ia rela berburu sepeda lipat di setiap pelosok kota di Indonesia sampai negri tetangga. “Sebenarnya saya juga punya satu fixie di Jakarta, tapi sepeda lipat masih menjadi idola. Saya suka sepeda jenis ini karena lebih simple dan mudah di taruh dimana-mana. Dirumah atau dengan mobil (tanpa double cabin/pick up), sepeda jenis ini sangat efisien tempat,” jelasnya. Dia menambahkan, tak selamanya keunggulan sepeda jenis ini terletak pada efisiensi penggunaan ruang, design dan penggunaan piranti spare part yang unik dan modern, membuat sepeda jenis ini lain dari pada yang lain.
Sampai sekarang ada 4 jenis sepeda lipat koleksinya berjajar rapi di dalam garasi. Masing-masing Dahon Espresso, Dahon Halfway, Dahon MU, Origami. Selain dibeli di toko sepeda lokal beberapa sepeda ia dapat langsung dari luar negri. Seperti seri Origami yang ia impor dari Singapura. “Saat itu di Indonesia belum ada informasi soal penjualan sepeda lipat jenis ini, jadi saya pesan langsung dari sana (Singapura). Sayangnya beberapa bulan kemudian, ada toko yang menjual sepeda jenis ini dengan tipe yang sama dan harga yang lebih murah,” jelasnya.
Sayangnya gak semua pengalaman membeli sepeda dari luar negri selalu berjalan lancar. Pernah suatu ketika, ia pesan 4 buah sepeda dari China jenis K-Rock. Sepeda lipat produksi China ini memiliki design yang unik dengan bobot ringan, selain itu sepeda lipat jenis ini memiliki harga ekonomis. “Untuk mendapatkan satu sepeda jenis ini jika di kurskan seharga Rp 1,7 Juta. Sayangnya, pada saat pengiriman dan datang, biaya membengkak karena pajak bea Cukai seharga Rp 55 Juta hanya untuk pajaknya saja. Hal ini yang membuat saya malas untuk mengambilnya, meski sepeda itu saya beli pertengahan tahun kemarin,” jelasnya.
Terus dan terus akan berburu sepeda lipat, akan terus dilakuakan untuk mencari sepeda idaman. Informasi dari teman, atau media masa yang lain menjadi referensi Martono untuk menambah koleksi. “Yang paling dekat ini, saya ingin sepeda lipat Origami. Beda dengan yang sudah saya punya, jenis yang saya incar ini memiliki keunikan pada gear yang gak pake rantai dan berbobot sangat ringan. Selain di Jepang (Negara asal Sepeda ini), setahu saya ada satu toko di Indonesia yang menjual sepeda ini, yakni di Bali. Sampai sekarang saya dalam tahap negosiasi,” jelasnya. Adi